
Di Lautem, di balik hutan dan gunung,
Di danau yang dalam, airnya memendam duka,
Buaya-buaya menunggu dalam diam,
Menelan jiwa-jiwa suci yang tak bersalah.
Diaconu Jacinto Francisco Xavier dari Gariuai,
Frater Fernando dos Santos dari Luro, Lospalos,
Frater Valerio da Conceicao dari Lospalos,
Madre Erminia Cazzaniga dari Italia,
Madre Celeste de Carvalho dari Uatucarbau,
Tity Sandora Lopes, volunter dari Pairara, Lautem,
Rudi Barreto, volunter dan akolitos dari Baucau,
Agus Mulyawan, jurnalis Indonesia dari Pres Asia.
Orang-orang suci, para pembawa damai,
Kaum yang hidup untuk mencinta dan melayani,
Di tangan kekejaman mereka jatuh,
Ditenggelamkan dalam kedalaman yang sunyi.
Apa salah mereka, wahai dunia yang kejam?
Mengapa nyawa mereka harus sirna?
Mereka yang membawa cinta dan harapan,
Kini menjadi korban dari kebencian yang membara.
Buaya-buaya di danau itu,
Memakan tubuh-tubuh yang pernah bersinar,
Namun tidak bisa menelan cahaya hati mereka,
Yang kini terbang menuju surga yang damai dan benar.
Mereka dibuang ke air yang dingin,
Namun jiwa mereka tetap hangat dalam kenangan,
Mereka tidak hilang, hanya berpulang,
Menjadi bintang di langit Lautem, menyinari malam yang panjang.
Di setiap riak air danau itu,
Terdengar bisikan doa yang tak henti,
Menyeru bagi keadilan dan kebenaran,
Bagi mereka yang hidup dan yang telah pergi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar