Senin, September 02, 2024
Lembrando a Tragédia de Apikuru Lautem: 25 de Setembro de 1999
Mengenang Tragedi Apikuru Lautem: 25 September 1999
Pada 25 September, hari yang kelam,
Di Apikuru Lautem, bencana menyapa,
Timor-Leste merasakan penderitaan,
Menandai kemerdekaan dengan duka mendalam.
Para martir suci yang kita kenang,
Di antaranya:
Diakon Jacinto Francisco Xavier dari Gariuai,
Frater Fernando dos Santos dari Luro Lospalos,
Frater Valerio da Conceição dari Lospalos,
Suster Erminia Cazzaniga dari Italia,
Suster Celeste de Carvalho dari Uatucarbau,
Tity Sandora Lopes, relawan Foinsa'e dari Pairara Lautem,
Rudi Barreto, relawan Foinsa'e dan acolito dari Baucau,
Agus Mulyawan, jurnalis Indonesia dari Pres Asia.
Di tempat ini,
Di bawah langit Timor,
Di hadapan Yesus, kita memohon,
Untuk memberkati dan memberi damai,
Kepada seluruh rakyat Timor-Leste.
Apa salah mereka, wahai pelaku kejam?
Mengapa tangan-tangan berdarah ini,
Harus menghancurkan jiwa-jiwa yang tak berdosa,
Yang datang membawa cinta dan harapan?
Di hadapan kekejaman yang tak berperikemanusiaan,
Para martir suci tetap bersinar,
Meski dikhianati oleh kebencian yang membara,
Mereka tetap menjadi simbol pengorbanan dan harapan.
Kita mengenang para martir,
Para pejuang kemerdekaan,
Yang telah gugur dengan penuh pengabdian,
Menjadi bagian dari tanah air,
Dalam doa dan rasa hormat.
Air Mata Lautem: Tangisan di Danau yang Dalam
Di Lautem, di balik hutan dan gunung,
Di danau yang dalam, airnya memendam duka,
Buaya-buaya menunggu dalam diam,
Menelan jiwa-jiwa suci yang tak bersalah.
Diaconu Jacinto Francisco Xavier dari Gariuai,
Frater Fernando dos Santos dari Luro, Lospalos,
Frater Valerio da Conceicao dari Lospalos,
Madre Erminia Cazzaniga dari Italia,
Madre Celeste de Carvalho dari Uatucarbau,
Tity Sandora Lopes, volunter dari Pairara, Lautem,
Rudi Barreto, volunter dan akolitos dari Baucau,
Agus Mulyawan, jurnalis Indonesia dari Pres Asia.
Orang-orang suci, para pembawa damai,
Kaum yang hidup untuk mencinta dan melayani,
Di tangan kekejaman mereka jatuh,
Ditenggelamkan dalam kedalaman yang sunyi.
Apa salah mereka, wahai dunia yang kejam?
Mengapa nyawa mereka harus sirna?
Mereka yang membawa cinta dan harapan,
Kini menjadi korban dari kebencian yang membara.
Buaya-buaya di danau itu,
Memakan tubuh-tubuh yang pernah bersinar,
Namun tidak bisa menelan cahaya hati mereka,
Yang kini terbang menuju surga yang damai dan benar.
Mereka dibuang ke air yang dingin,
Namun jiwa mereka tetap hangat dalam kenangan,
Mereka tidak hilang, hanya berpulang,
Menjadi bintang di langit Lautem, menyinari malam yang panjang.
Di setiap riak air danau itu,
Terdengar bisikan doa yang tak henti,
Menyeru bagi keadilan dan kebenaran,
Bagi mereka yang hidup dan yang telah pergi.
Remembering the 25th Anniversary of the Apikuru Lautem Tragedy
Contra o Esquecimento: Timor-Leste 25 Anos Após a Libertação da Indonésia
Di Bawah Langit Timor
(Mengenang 04 September 1999)
Sob o Céu de Timor
#Fim#
(Este poema, reflete sobre a longa luta e sofrimento do povo de Timor-Leste, culminando na liberdade. Ele lembra das dificuldades enfrentadas ao longo de séculos e expressa esperança para um futuro brilhante e justo.)
-
(Enf.ro Santana Martins) Moras Virus Ebola (EVD) ou Ebola Hemorrhagic Fever (EHF) moras ida ne’ebe mak kona ema kauza husi...
-
By: Martins, S. Vinte e cinco anos já se passaram, Mas as lembranças ainda permanecem, A amarga história não pode ser esquecida, Sob o céu d...
-
"Tribut untuk Pahlawan Cailaco: Pelopor Masa Depan" By: Martins, S(Siarai) Di tanah Cailaco, kau berdiri tegar, Mengukir sejarah...