By: Martins.S.
Engkau, yang di kejauhan sana,
Tatapan matamu tajam bak pisau sembilu,
Mengabaikan arah angin yang berbisik lembut,
Menantang luka-luka sunyi yang bersemayam,
Menggendong dendam yang tak pernah padam,
Menopang harapan yang hampir sirna, demi esok yang kau impikan.
Kau peluk angan tentang masa depan yang indah,
Tanah subur yang menanti benih untuk bertunas,
Sayur mayur yang tumbuh menjulang di bawah mentari ramah,
Kau gendong harapan untuk anak cucu tercinta,
Namun di balik indahnya impian itu, tersembunyi amarah yang menyala.
Kau bak perahu di samudra murka,
Tak tahu bagaimana aku berlayar di bawah badai,
Menggapai masa depan yang gemilang dan penuh cahaya,
Kudaki bukit harapan dengan nafas yang hampir putus,
Namun kau, dengan lembut, menutup tirai semua jalanku,
Dengan senyummu yang tenang, menutup pintu-pintu harapan.
Marahmu tak pernah kau nyatakan,
Namun setiap langkahku, kau jerat dengan seutas tali tak terlihat,
Aku berusaha, dengan segala tenaga,
Demi kehidupan yang lebih indah dan sempurna,
Namun kau, seperti angin malam yang dingin,
Menyapu harapanku tanpa suara, meninggalkan sunyi yang tak terhingga.
&final&