Kamis, Oktober 10, 2024

"Karena Kami Dipilih"

 

Martins,S.

Ini karena menang, katanya,
Kesempatan di tangan, terhormat, katanya,
Biarkanlah, satu demi satu aturan hancur,
Dibengkalai, dibuang,
Selama kami menikmati, tak apa,
Asalkan kami dipilih oleh rakyat.

Kami menggunakan kekuatan,
Karena hasil election,
Kami yang dipilih, kami yang berkuasa,
Undang-undang? Biarlah jadi boneka,
Bisa diatur, bisa direview,
Agar aman dalam kendali kami.

Kesempatan datang, dan mereka diam,
Tak perlu ditanya, tak perlu dijawab,
Asalkan kami yang duduk,
Di kursi yang gemilang,
Di atas janji-janji yang dilupakan.

Suara rakyat, lantang saat dibutuhkan,
Tapi kini sunyi, tak terdengar,
Kami yang memegang kendali,
Dan aturan tunduk, merunduk,
Di bawah kekuatan kami yang kokoh.

Aturan tak lagi jadi batas,
Hanya bayang-bayang masa lalu,
Di depan, ambisi jadi raja,
Sedang rakyat? Biarlah menunggu.

Raja di tahta tak butuh pertanyaan,
Hanya patuh pada keinginan,
Undang-undang ditulis ulang,
Bukan demi rakyat, tapi demi perlindungan,
Agar kami tetap aman, tetap berkuasa.

Apakah ini yang kau pilih?
Rakyat yang terpinggir,
Aturan yang terjepit,
Kesempatan yang tak adil,
Karena kami dipilih—
Atau hanya dipaksa mengerti tanpa kata?

Kau bicara tentang keadilan?
Kami bicara tentang kuasa,
Bukan lagi suara rakyat,
Tapi suara kami yang menentukan arah.

Biar tajam sindiran ini,
Menggores batin, mengguncang nurani,
Merenunglah, wahai pembaca,
Ini bukan tentang kami,
Tapi tentang janji yang tak pernah kembali.

Begitulah caranya,
Agar kami tetap berkuasa,
Sampai semuanya tunduk,
Sampai segalanya diam.

Di balik layar, kami menyusun rencana,
Mengatur langkah, menguasai panggung,
Janji-janji masa lalu tinggal kenangan,
Yang penting kami terus berdiri,
Dan kekuatan tetap di genggaman.

Tak ada lagi ruang untuk bertanya,
Kami sudah tahu jawabannya,
Yang kau harapkan tak lagi penting,
Hanya kami yang berhak berkata,
Hanya kami yang memegang kendali.

Rakyat? Biarkan mereka menunggu,
Berharap di sela retakan janji,
Karena kami yang dipilih,
Kami yang menulis ulang sejarah ini.

Undang-undang adalah alat,
Untuk meneguhkan kuasa yang mutlak,
Kami raja, tak perlu kau pertanyakan,
Asalkan kami tetap aman,
Tak ada yang perlu dihiraukan.

Apa yang kau inginkan,
Apa yang kau pikirkan,
Tak lagi berarti di hadapan kekuasaan,
Karena kini semua berada dalam genggaman kami,
Dan kau? Biarkan mengikuti,
Jejak yang telah kami tentukan.

Merenunglah, wahai rakyat,
Ini bukan tentang kalian lagi,
Ini tentang bagaimana kami bertahan,
Dan menjaga tahta ini tetap tinggi,
Karena kami dipilih,
Dan kami takkan melepaskan kendali ini.

Kami dipilih olehmu, wahai rakyat,
Tapi kini, kami memilih nasibmu.
Undang-undang? Kami yang tulis.
Aturan? Kami yang ubah.
Karena kekuasaan ada di tangan kami,
Dan kalian?
Cukup menunggu di bayang-bayang janji yang tak pernah ditepati.

Selamat datang di kerajaan kami,
Di mana aturan tunduk,
Dan keadilan hanya kata yang hilang di udara.
Karena kami dipilih—
Untuk berkuasa.

Di Depan dan Belakang