Selasa, Agustus 13, 2024

Bayang Harapan yang Pudar

Tugas Episode 10




Saat mentari fajar menyingsing perlahan,
Kau tinggalkan kampung dengan harapan besar di tangan.
Ayah dan ibu, dengan hati yang rapuh,
Mengantar langkahmu hingga gerbang angkasa, penuh doa yang tak pernah lusuh.

Keluarga adalah akar, tempat dirimu bertumbuh,
Namun, di negeri jauh, kilau dunia mulai menggugah.
Kau temukan jalan baru, namun kehilangan arah,
Rokok, minuman, diskotik, membuatmu lupa akan janji yang kau bawa.

Sombong mulai merasuk, menyelimuti nurani,
Kau lupa bahwa keberhasilan bukan sekadar kilauan di langit pagi.
Harapan keluarga, kini hanya bayang-bayang kelabu,
Mereka menanti, tapi kau terlena dalam pelukan dunia yang semu.

Ingatlah, wahai pemuda yang kini terbuai,
Bahwa emas yang kau kejar, hanyalah debu yang terurai.
Kesuksesan sejati tak diukur dari gemerlap pesta,
Tapi dari cahaya cinta yang kau bawa pulang ke desa.

Lihatlah kembali, jalan yang pernah kau tinggalkan,
Di sana ada jejak cinta, harapan yang tak terbilang.
Keluargamu menunggu, dengan mata yang penuh harap,
Bawalah kembali sinar terang, bukan hanya cangkang yang rapuh dan lelah.

Bersihkan hati, renungkan langkahmu kini,
Apakah semua ini layak, untuk harga diri?
Kembali, wahai pemuda, ke jalan yang benar,
Karena kebahagiaan sejati ada di sana, di kampung yang tak pernah pudar.

By, Martins.S

Cermin Kepemimpinan

Tugas Episode ke-9

By Martins,S

Di puncak kejayaan, kau berdiri sendirian,
Memandang dunia dari menara angkuh, penuh keegoisan.
Namun ingatlah, cermin tak pernah berdusta,
Ia memantulkan kebenaran, bahkan dari yang terlupa.

Mutiara kepemimpinan bukan terletak pada mahkota,
Tapi dalam kebijaksanaan, dan hati yang tak pernah lupa.
Pemimpin yang sejati tak hanya mengejar cahaya,
Tapi menyinari jalan yang dilalui semua jiwa.

Melangkah maju, jangan lupa menoleh ke belakang,
Di sanalah para pendahulu berjuang tanpa pamrih, tak berbelok arah.
Mereka adalah akar dari pohon yang kini kau duduki,
Namun, kau buang mereka, seakan tak pernah berfungsi.

Keberhasilan bukan hanya milik mereka yang berteriak keras,
Tapi bagi yang mendengarkan bisikan lembut, penuh ikhlas.
Jika semua dilupakan, diisolasi dalam diam,
Apa artinya kemenangan, jika tak ada yang mendampingi dalam senyap?

Ingatlah, pemimpin yang lupa dari mana dia berasal,
Akan tenggelam dalam lautan ego yang dalam dan tak kenal tepi.
Namun, pemimpin yang bijak, melihat masa lalu sebagai guru,
Ia akan membangun masa depan dengan fondasi yang jujur dan teguh.

Jadilah cahaya bagi mereka yang terpinggirkan,
Bukan hanya pelita yang menerangi jalan sendiri.
Karena di akhir cerita, bukan kemenangan yang dihitung,
Tapi jejak yang kau tinggalkan, dan hati yang kau sambung.

Di Depan dan Belakang