Cinta bukan kontrak yang bersyarat,
bukan janji yang tergantung pada musim hati,
dan bukan perasaan yang menguap saat ujian datang.
Cinta, kata Paus, adalah keputusan yang kudus—
ia tidak berkata, “Aku di sini... sampai aku merasa cukup.”
Cinta sejati tidak mencintai sementara,
ia mencintai sepenuhnya.
Dalam kasih yang ilahi,
tiada ruang untuk frasa “hingga pemberitahuan selanjutnya.”
Karena kasih yang sejati tidak hidup di dalam ketakutan,
tetapi di dalam keberanian untuk menetap.
Cinta adalah
perjanjian,
bukan pilihan sesaat.
Ia mengakar di tanah pengorbanan,
dan bertumbuh di udara pengampunan.
Ia bertahan bukan karena mudah,
tetapi karena ia tahu:
yang abadi itu bukan milik yang kuat,
tetapi milik yang setia.
Tuhan sendiri telah mengajarkan kita,
melalui salib dan tubuh yang terluka:
bahwa cinta yang sejati,
tidak mencari alasan untuk pergi—
tetapi selalu mencari jalan untuk tinggal.
Maka jika engkau mencinta,
jangan bawa keraguan di hatimu,
bawalah niat yang suci,
dan keberanian untuk berkata:
“Aku di sini. Selamanya.”
Catatan
Konteks Puisi:
Puisi ini ditulis oleh Santana
Martins, terinspirasi dari pesan Paus Fransiskus yang pernah disampaikan secara
mendalam dalam refleksi beliau mengenai makna sejati cinta. Dalam
pernyataan yang juga dipublikasikan oleh The New York Times, Paus
berkata:
“Love wants to be permanent; ‘until further notice’ isn’t love.”
(“Cinta ingin kekal; ‘hingga pemberitahuan selanjutnya’ bukanlah cinta.”)
Pesan ini mengingatkan kita bahwa cinta, baik dalam hubungan
manusia maupun dalam relasi dengan Tuhan, adalah keputusan yang bersifat kekal,
bukan sekadar perasaan sementara. Puisi ini lahir sebagai bentuk renungan dan
jawaban dari hati yang merindukan kasih yang tinggal, bukan pergi.