Rabu, Agustus 07, 2024

Jeritan Sunyi Negeri Kami

 

((Kursus Menulis, Tugas episode ke 8)

Di tanah yang subur dengan harapan,
Kami berjalan di atas jalan setapak berliku,
Namun, langkah kami tertahan oleh batu-batu tajam,
Saat sistem kesehatan terombang-ambing tanpa arah.

Kami tahu negeri ini bisa terjatuh,
Bila dipimpin oleh tangan yang tak berpengalaman,
Kementerian Kesehatan bak kapal tanpa nakhoda,
Berlayar di lautan tanpa kompas yang pasti.

Bagaikan bunga layu di tengah gurun,
Kementerian Kesehatan terkulai lemah,
Tak tahu arah mana yang harus ditempuh,
Membiarkan rakyat terjebak dalam labirin tak berujung.

Lideransa bagaikan matahari senja,
Yang sinarnya mulai redup oleh kabut kekuasaan,
Ingin menggenggam roda kendali dengan erat,
Tanpa tahu arah kemudi yang harus diambil.

Madu kata yang dulu manis terasa,
Kini berubah jadi pahit dalam setiap cawan,
Rakyat berharap pada tangan yang terampil,
Untuk membawa kesehatan kembali bersinar.

Namun, suara kami tertelan angin malam,
Saat kekuasaan lebih penting dari nyawa,
Dan keputusan diambil bukan oleh hati nurani,
Melainkan oleh kepentingan yang membelenggu.

Kami berharap pada cahaya pagi,
Yang akan membangunkan jiwa-jiwa pemimpin,
Agar sadar bahwa tanggung jawab di pundak mereka,
Adalah amanah dari rakyat yang percaya.

Kesehatan rakyat adalah kunci utama,
Pemerintahan yang bijaksana harus mendengarkan,
Bahwa negeri ini butuh tangan yang mengerti,
Untuk menyelamatkan jiwa-jiwa yang bergantung padanya.

Biarkanlah pengetahuan menjadi pedoman,
Dalam setiap langkah dan keputusan,
Agar negeri ini kembali pada jalur yang benar,
Dan rakyat dapat merasakan manisnya harapan.

Oh, pemimpin negeri yang kami cintai,
Sadarlah sebelum semuanya terlambat,
Bersatulah demi masa depan yang lebih baik,
Agar manis dan pahit bisa seimbang di negeri ini.

By Santana Martins

Di Depan dan Belakang