By Martins.S
Di singgasana megah kau duduk,
ambisi berapi-api, membakar langit senja.
Kilau kemenangan memabukkan,
mengisi relung dengan kesombongan fana.
Namun panas kursi itu menggigit,
membakar bukan hanya musuh,
tetapi jiwamu sendiri yang haus,
mencari makna di balik debu kemenangan.
Hingga tiba suara dari hati,
seperti angin yang membisikkan kebenaran,
"Turunlah dari takhta kesombongan ini,
dan temukan api yang sejati di kerendahan."
Kau berdiri, melepaskan mahkota,
api di matamu kini menjadi terang,
bukan membakar, tetapi menerangi,
bukan menguasai, tetapi menghidupi.
Kursi panas itu kini dingin,
kosong tapi penuh hikmah.
Ambisi bukan lagi bara kesombongan,
melainkan cahaya harapan yang tulus.