Di singgasana kuasa, senyummu manis,
Menghipnotis jiwa, tak lagi berpikir rasional.
Di balik tirai emas, kau menghina masa lalu,
Pendahulu yang pernah berdiri teguh, kini kau cerca dan musuhi.
Kekuasaan di tanganmu, seolah tak tergoyahkan,
Namun, dalam setiap langkahmu, tiada arah, tiada tujuan.
Mereka yang setia, kau sisihkan tanpa alasan,
Mencari bayangan yang kau bentuk dari ego dan kesombongan.
Orang-orang di sekitar, kau angkat tanpa proses,
Mereka menduduki kursi, namun tak tahu apa yang harus dilakukan.
Menghapus sejarah, kau ciptakan dunia baru,
Namun, apakah dunia ini benar-benar milikmu?
Pendahulu kau salahkan, dosa mereka kau besarkan,
Namun, apa yang telah kau hasilkan, selain kehancuran dan keheningan?
Di akhir masa, kau akan melihat,
Bahwa senyum manis itu tak selamanya memberi kebahagiaan.
Arogansi dan ego, hancurkan segala,
Namun, ingatlah, kekuasaan hanyalah bayang-bayang yang fana.
Dan pada akhirnya, kau akan sadar,
Bahwa cinta yang tulus, tidak bisa dibeli dengan senyum yang manis.
Akan tiba waktunya, kekuasaanmu diuji,
Apakah akan tetap jaya di periode berikutnya,
Ataukah akan memudar, tersapu oleh angin perubahan,
Saat mereka yang kau abaikan bangkit dan menuntut kebenaran.
Dalam kesunyian malam, kau akan terjaga,
Bertanya pada diri, apakah semua ini sepadan.
Karena tak ada yang abadi di dunia ini,
Kecuali jejak-jejak yang kita tinggalkan dalam hati.
**Final**