Rabu, September 04, 2024

Mentari Pagi 4 September 2025

source foto:tibunnews

By: Martins,S

Ketika mentari pagi hadir, menyinari jejak langkahku,
Aku termenung dalam dekapan waktu, menatap kembali
Kisah 25 tahun silam, 4 September 1999.
Kisah sulit dan pedih, terukir dalam sejarah,
Saat Timor-Timur mengumandangkan pilihannya, menolak
Otonomi khusus, sebuah suara dalam gelombang badai.

Kepalaku tertunduk dalam hening cipta,
Menghela darah yang tumpah, tulang yang patah,
Kehancuran yang mengiris hingga bratus tahun.
Fajar datang, namun darah dan tulang masih terbelah,
Kehidupan yang hancur, terasing dalam luka.

Jiwaku ingin menangis mengingat ketiadaan saudaraku,
Namun kehilangan mereka menjadi fondasi negeri ini,
Berdiri di atas tulang dan darah yang mengalir,
Demi mengusir penjajahan yang mengikat.

Wahai kawanku, aku dan kau, kita semua,
Penerus masa depan negeri ini, mari bersama,
Menjabat tangan, menguatkan demokrasi,
Menjaga solidaritas, tak tertinggal siapapun.
Kita maju bersama, menikmati hasil perjuangan para pahlawan,
Dengan jujur dan setia, menjaga amanah mereka.

Sepanjang masa, dari generasi ke generasi,
Tak akan pudar, berdiri kokoh dan teguh.
Puisi nyeri, sedih, dan harapan ini,
Menjadi saksi bisu dalam perjalanan panjang kita,
Dalam membangun negeri, meneruskan mimpi yang takkan pudar.

Tidak ada komentar:

Di Depan dan Belakang