(By Martins.S)
Wahai kaum muda, lentera bangsa,
Api yang harusnya menyala, kini padam tertahan.
Jangan biarkan negeri ini terjatuh,
Dari matahari yang bersinar terang, menjadi bulan yang pudar.
Saat matahari terbit, dunia menyeru,
Namun kau masih terlelap, dalam dunia angan.
Saat bulan menerangi malam yang sunyi,
Kau terjaga tanpa arah, membuang waktu yang sejati.
Bagai burung tanpa sarang, terombang-ambing,
Mengandalkan usaha orang tua yang makin lemah.
Ingatlah, ketika akar yang kokoh itu hilang,
Yang tersisa hanyalah penyesalan yang menggigit jari.
Bangkitlah, pewaris harapan yang tersembunyi,
Seperti pohon yang kuat, menembus tanah dengan keyakinan.
Ketika matahari terik, jadilah petani yang bekerja,
Saat bulan datang, jadilah perencana yang bijak.
Hidup ini adalah roda yang terus berputar,
Siapa yang diam, akan tertinggal di bawah.
Jangan biarkan waktu jadi musuh,
Raih kesempatan yang datang, jangan pernah ragu.
Bekerjalah keras, seperti padi yang merunduk,
Berjuanglah, seperti bambu yang tak patah diterpa angin.
Jadilah penerus yang membawa bangsa ini bersinar,
Bukan sekadar cerita, tetapi kemenangan yang nyata.
Wahai kaum muda, jadilah matahari dan bulan yang bersatu,
Jaga mimpi, capailah tujuan yang dituju.
Karena masa depan bukanlah untuk ditunggu,
Tapi untuk diraih, dengan usaha dan keberanian yang mengarah pada kemenangan.
Bumi Lorosae, tanah yang kaya dan berdaulat,
Wahai kaum muda, jangan pernah lupakan jejak yang kau torehkan.
Seribu tahun lagi, teruslah berkiprah dan bercahaya,
Menjadi penerus bangsa yang abadi, sepanjang masa.
Lorosae, tanah yang kukuh dan penuh harapan,
Dengan tanganmu, maju terus, tanpa ragu, tanpa henti,
Karena kalian adalah kekuatan yang tak tergoyahkan,
Menjadi cahaya bangsa, seribu tahun yang akan datang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar