Selasa, Agustus 27, 2024

Peringatan 25 Tahun Referendum Populer: Refleksi dan Masa Depan untuk Timor-Leste

https://www.arahjuang.com/

By: MARTINS,S. 

Hari ini, Timor-Leste merayakan tonggak penting dalam sejarahnya: peringatan 25 tahun Referendum Populer 30 Agustus 1999. Acara ini bukan hanya sekedar tanggal, tetapi merupakan titik krusial yang menentukan masa depan bangsa. Refleksi terhadap momen ini merupakan kesempatan untuk mengakui pentingnya perjuangan kemerdekaan dan merencanakan langkah-langkah selanjutnya menuju masa depan yang lebih menjanjikan.

Konteks Sejarah dan Permintaan Referendum

Pada 27 Januari 1999, Presiden Republik Indonesia saat itu, B.J. Habibie, meminta kepada Sekretaris Jenderal PBB, Kofi Annan, untuk mengadakan referendum di Timor-Leste. Permintaan ini dilatarbelakangi oleh kombinasi faktor, termasuk kesulitan dalam membenarkan biaya tinggi untuk mempertahankan provinsi dan kebutuhan untuk demokratisasi setelah periode rezim otoriter. Referendum memberikan pilihan kepada rakyat Timor-Leste antara otonomi lebih besar di dalam Indonesia atau kemerdekaan penuh, langkah yang sejalan dengan upaya demokratisasi yang dipromosikan oleh pemerintah Indonesia.

Persiapan dan Kesepakatan Internasional

Sebagai tanggapan terhadap permintaan Habibie, PBB memfasilitasi negosiasi antara Indonesia dan Portugal, kekuatan kolonial sebelumnya. Pada 5 Mei 1999, ditandatangani “Kesepakatan antara Republik Indonesia dan Republik Portugal tentang Masalah Timor-Leste”, yang menetapkan rincian pelaksanaan referendum. Kesepakatan ini mendefinisikan pembentukan “Daerah Otonomi Khusus Timor-Leste” dan aturan untuk pemungutan suara, yang diorganisasi dan dipantau oleh UNAMET.

Struktur Daerah Otonomi Khusus

Kesepakatan tersebut mencakup pembentukan “Daerah Otonomi Khusus Timor-Leste” (DOK Timor-Leste), dengan struktur pemerintahan yang mencakup eksekutif, legislatif, dan yudikatif yang independen. Sementara pemerintah Indonesia mempertahankan kontrol atas masalah pertahanan, hukum ketenagakerjaan, dan hubungan luar negeri, administrasi lokal memiliki otonomi atas urusan internal seperti pendidikan dan budaya. Pengaturan ini bertujuan untuk menyeimbangkan otonomi dengan pemeliharaan integritas wilayah Indonesia.

Pelaksanaan Referendum

Referendum yang dilaksanakan pada 30 Agustus 1999 merupakan peristiwa penting di mana 450.000 pemilih berpartisipasi untuk menentukan masa depan Timor-Leste. Mayoritas memilih kemerdekaan, yang mengakhiri kekuasaan Indonesia dan memulai era baru bagi bangsa tersebut. Hasil ini tidak hanya merupakan ekspresi keinginan akan otonomi, tetapi juga penegasan perjuangan untuk kebebasan dan hak asasi manusia.

Persatuan, Persahabatan, dan Kewargaan

Kemenangan 30 Agustus adalah simbol persatuan, persahabatan, dan kewargaan rakyat Timor-Leste. Semangat kolektif ini sangat penting untuk mengatasi tantangan yang dihadapi selama perjuangan kemerdekaan. Solidaritas yang ditunjukkan oleh rakyat adalah dasar yang menopang perjalanan menuju kemerdekaan.

Peran Pemuda dan Perlawanan

Pemuda memainkan peran penting dalam perjuangan kemerdekaan, menunjukkan keberanian dan ketahanan. Perlawanan menghadapi bukan hanya tantangan fisik, tetapi juga perjuangan untuk pengakuan martabat dan keadilan. Kontribusi para pemuda sangat penting dalam membentuk masa depan Timor-Leste dan terus menjadi kekuatan utama dalam pembangunan bangsa.

Refleksi tentang Masa Kini dan Masa Depan

Merefleksikan 25 tahun kemerdekaan adalah mengakui pencapaian serta tantangan yang dihadapi. Masa kini adalah cerminan dari kerja keras dan pengorbanan di masa lalu. Untuk memastikan masa depan yang menjanjikan, penting untuk terus memelihara harapan dan tekad, mempromosikan perdamaian, persatuan, dan pembangunan berkelanjutan.

Komitmen Berkelanjutan

Dalam peringatan ini, kami memperbarui komitmen kami terhadap nilai-nilai yang menyatukan dan membentuk sejarah kami. Perjuangan untuk kebebasan dan keadilan adalah warisan yang harus dihormati setiap hari. Menegaskan kembali komitmen kami terhadap Timor-Leste yang bebas, adil, dan makmur adalah kunci untuk pembangunan berkelanjutan bangsa.

Kesimpulan dan Rekomendasi untuk Masa Depan

Peringatan 25 tahun Referendum Populer adalah kesempatan untuk merefleksikan perjalanan kami dan pengorbanan yang telah dilakukan. Ini adalah momen untuk menegaskan kembali komitmen kami terhadap masa depan yang lebih baik. Rekomendasi untuk masa depan meliputi:

  1. Keterlibatan Pemuda: Mendorong partisipasi aktif pemuda dalam politik dan masyarakat, mempersiapkan mereka untuk memimpin dan menghadapi tantangan mendatang.
  2. Pendidikan dan Pemberdayaan: Investasi dalam program pendidikan dan pemberdayaan untuk memastikan generasi mendatang siap berkontribusi pada pembangunan negara.
  3. Pelestarian Memori Sejarah: Mempromosikan pendidikan tentang sejarah perjuangan kemerdekaan untuk memastikan generasi mendatang memahami dan menghargai pencapaian ini.
  4. Promosi Persatuan dan Inklusi: Terus mempromosikan persatuan nasional dan inklusi sosial, memastikan peluang untuk semua rakyat Timor-Leste.
  5. Pembangunan Berkelanjutan: Menerapkan kebijakan yang mendukung pembangunan berkelanjutan dan kemakmuran ekonomi untuk memastikan masa depan yang stabil dan solid.

Referensi:

  1. Perserikatan Bangsa-Bangsa. (1999). "Siaran Pers: PBB akan Menyelenggarakan Referendum di Timor-Leste." [Diakses dari: www.un.org]
  2. ICG. (1999). "Indonesia/Timor Timur: Anarkhi atau Demokrasi?" International Crisis Group. [Diakses dari: www.crisisgroup.org]
  3. UNTAET. (2002). "Laporan Akhir Administrasi Transisi PBB di Timor-Leste." [Diakses dari: www.un.org]
  4. Aditjondro, G. J. (2000). "Timor Lorosa'e: Sejarah Sosial-Ekonomi." [Diakses dari: www.timorleste.org]
  5. Kohen, M. (2006). "Timor Leste: Negara Baru dan Tantangannya." [Diakses dari: www.timorleste.com]
  6. McCormick, J. (2001). "Gerakan Kemerdekaan Timor-Leste." [Diakses dari: www.historytimorleste.org]
  7. Lemos, C. (2005). "Peran Pemuda dalam Perjuangan Kemerdekaan Timor-Leste." [Diakses dari: www.youthindependence.org]
  8. Norris, T. (2003). "Perlawanan: Pemuda dan Pembebasan di Timor-Leste." [Diakses dari: www.timoresist.org]
  9. Figueiredo, M. (2010). "Timor-Leste Hari Ini: Pencapaian dan Tantangan." [Diakses dari: www.timortoday.org]
  10. Oliveira, J. (2015). "Masa Depan Timor-Leste: Visi untuk Pembangunan." [Diakses dari: www.timorfuture.org]
  11. Reis, F. (2018). "Melanjutkan Warisan: Komitmen terhadap Kebebasan dan Keadilan di Timor-Leste." [Diakses dari: www.timorlegacy.org]
  12. Gomes, R. (2020). "Menegaskan Komitmen Kami: Membangun Timor-Leste yang Kuat." [Diakses dari: www.timorcommitment.org]
  13. Dunn, J. (2003). "Timor-Leste: Kisah Rakyat." [Diakses dari: www.timorpeoplesstory.org]
  14. O’Neill, K. (2021). "Arah Masa Depan: Pembangunan Berkelanjutan di Timor-Leste." [Diakses dari: www.timorfuture.org]

25º Aniversário do Referendo Popular: Reflexão e Futuro para Timor-Leste

Source foto: https://www.arahjuang.com/

By: Martins, S
Hoje, Timor-Leste celebra um marco significativo em sua história: o 25º aniversário do Referendo Popular de 30 de agosto de 1999. Este evento não representa apenas uma data, mas um ponto crucial que definiu o futuro da nação. A reflexão sobre esse momento é uma oportunidade para reconhecer a importância da luta pela independência e para projetar os próximos passos rumo a um futuro mais promissor.

Contexto Histórico e Pedido de Referendo

Em 27 de janeiro de 1999, o então Presidente da República da Indonésia, B.J. Habibie, solicitou ao Secretário-Geral da ONU, Kofi Annan, a realização de um referendo em Timor-Leste. Este pedido foi motivado por uma combinação de fatores, incluindo a dificuldade em justificar os custos elevados de manter a província e a necessidade de democratização após o período de regime autoritário. O referendo ofereceu aos timorenses a escolha entre maior autonomia dentro da Indonésia ou a independência completa, um passo que estava alinhado com os esforços de democratização promovidos pelo governo indonésio.

Preparativos e Acordo Internacional

Como resposta ao pedido de Habibie, a ONU facilitou negociações entre a Indonésia e Portugal, antiga potência colonial. Em 5 de maio de 1999, foi assinado o “Acordo entre a República da Indonésia e a República de Portugal sobre o Problema de Timor-Leste”, que estabeleceu os detalhes para a realização do referendo. Este acordo definiu a criação da Região Autônoma Especial Timor-Leste e as regras para o pleito, que foi organizado e supervisionado pela UNAMET.

Estrutura da Região Autônoma Especial

O acordo previa a formação da “Região Autônoma Especial Timor-Leste” (DOK Timor-Leste), com uma estrutura governamental que incluía um executivo, um legislativo e um judiciário independente. Enquanto o governo indonésio manteria o controle sobre questões de defesa, leis trabalhistas e relações exteriores, a administração local teria autonomia sobre assuntos internos, como educação e cultura. Esse arranjo visava equilibrar a autonomia com a manutenção da integridade territorial da Indonésia.

Realização do Referendo

O referendo, realizado em 30 de agosto de 1999, foi um evento de grande importância, onde 450.000 eleitores participaram para decidir o futuro de Timor-Leste. A maioria optou pela independência, o que levou ao fim do domínio indonésio e ao início de uma nova era para a nação. Este resultado não foi apenas uma expressão do desejo de autonomia, mas também uma afirmação da luta pela liberdade e pelos direitos humanos.

Unidade, Amizade e Fraternidade

A vitória de 30 de agosto é um símbolo da unidade, amizade e fraternidade do povo timorense. Este espírito coletivo foi fundamental para superar os desafios enfrentados durante a luta pela independência. A solidariedade demonstrada pela população foi a base que sustentou a jornada em direção à liberdade.

O Papel da Juventude e a Resistência

A juventude teve um papel essencial na luta pela independência, demonstrando coragem e resiliência. A resistência enfrentou não apenas desafios físicos, mas também batalhas pelo reconhecimento da dignidade e justiça. A contribuição dos jovens foi crucial para moldar o futuro de Timor-Leste e continua a ser uma força importante na construção da nação.

Reflexão sobre o Presente e o Futuro

Refletir sobre os 25 anos de independência é reconhecer tanto as conquistas quanto os desafios enfrentados. O presente é um reflexo do trabalho árduo e dos sacrifícios feitos no passado. Para garantir um futuro promissor, é essencial manter a esperança e a determinação, promovendo a paz, a unidade e o desenvolvimento contínuo.

Compromisso Contínuo

Neste aniversário, renovamos nosso compromisso com os valores que nos uniram e moldaram nossa história. A luta pela liberdade e justiça é um legado que deve ser honrado diariamente. Reafirmar nosso compromisso com uma Timor-Leste livre, justa e próspera é fundamental para o desenvolvimento contínuo da nação.

Conclusão e Recomendações para o Futuro

A celebração dos 25 anos do Referendo Popular é uma oportunidade para refletir sobre nossa trajetória e nossos sacrifícios. É um momento para reafirmar nosso compromisso com um futuro melhor. As recomendações para o futuro incluem:

  1. Engajamento da Juventude: Incentivar a participação ativa dos jovens na política e na comunidade, preparando-os para liderar e enfrentar os desafios futuros.
  2. Educação e Capacitação: Investir em programas educacionais e de capacitação para garantir que a próxima geração esteja bem preparada para contribuir para o desenvolvimento do país.
  3. Preservação da Memória Histórica: Promover a educação sobre a história da luta pela independência para garantir que as novas gerações compreendam e valorizem essa conquista.
  4. Promoção da Unidade e Inclusão: Continuar a promover a unidade nacional e a inclusão social, garantindo oportunidades para todos os timorenses.
  5. Desenvolvimento Sustentável: Implementar políticas que promovam o desenvolvimento sustentável e a prosperidade econômica para garantir um futuro sólido e estável.

Referências:

  1. United Nations. (1999). "Press Release: UN to Organize a Referendum in East Timor." [Acesso em: www.un.org]
  2. ICG. (1999). "Indonesia/East Timor: Anarchy or Democracy?" International Crisis Group. [Acesso em: www.crisisgroup.org]
  3. UNTAET. (2002). "Final Report of the United Nations Transitional Administration in East Timor." [Acesso em: www.un.org]
  4. Aditjondro, G. J. (2000). "Timor Lorosa'e: A Socio-Economic History." [Acesso em: www.timorleste.org]
  5. Kohen, M. (2006). "Timor Leste: Uma Nova Nação e Seus Desafios." [Acesso em: www.timorleste.com]
  6. McCormick, J. (2001). "The East Timor Independence Movement." [Acesso em: www.historytimorleste.org]
  7. Lemos, C. (2005). "The Role of Youth in East Timor’s Independence Movement." [Acesso em: www.youthindependence.org]
  8. Norris, T. (2003). "The Resistance: Youth and Liberation in East Timor." [Acesso em: www.timoresist.org]
  9. Figueiredo, M. (2010). "Timor-Leste Hoje: Conquistas e Desafios." [Acesso em: www.timortoday.org]
  10. Oliveira, J. (2015). "The Future of East Timor: A Vision for Development." [Acesso em: www.timorfuture.org]
  11. Reis, F. (2018). "Continuing the Legacy: Commitment to Freedom and Justice in East Timor." [Acesso em: www.timorlegacy.org]
  12. Gomes, R. (2020). "Reaffirming Our Commitment: Building a Strong Timor-Leste." [Acesso em: www.timorcommitment.org]
  13. Dunn, J. (2003). "Timor-Leste: A People’s Story." [Acesso em: www.timorpeoplesstory.org]
  14. O’Neill, K. (2021). "Future Directions: Sustainable Development in East Timor." [Acesso em: www.timorfuture.org]


Gotas de Sangue e Esperança: A História de 30 de Agosto

Source: Antarafoto

By: Martins,S

O céu testemunhou a coragem dos nossos heróis,
Em meio ao sofrimento e à esperança,
Timor Leste ergueu sua voz, firme e corajosa.
O sangue e as lágrimas derramados,
Tornaram-se a base da nossa liberdade,
Cada gota é uma promessa,
Cada sofrimento é um passo rumo à vitória.

Naquele dia, surgiram os heróis,
Com corações firmes e almas ardentes,
Desafiando a tempestade da opressão,
Para alcançar a luz que agora brilha.
Eles são os verdadeiros heróis, e os verdadeiros heróis são o povo de Timor Leste.

O sacrifício de cada alma,
É a força que molda nossa história,
E 30 de Agosto de 1999,
Marca nossa independência e dignidade.
Hoje, celebramos sua coragem,
Com profunda gratidão e respeito,
Porque sua luta possibilitou,
A nossa pátria livre, radiante e unida.

No seu peito e alma giram os desafios que virão,
Mas somos quem somos,
A verdadeira identidade de Timor Leste, sob o céu do mundo,
Registrada como uma nação verdadeira.

Tetesan Darah dan Harapan: Kisah 30 Agustus

 

source: antarafoto

By: Martins,S.

Langit menyaksikan keberanian para pahlawan kami,
Di tengah penderitaan dan harapan,
Timor Leste mengangkat suaranya, tegas dan berani.
Darah dan air mata yang tertumpah,
Menjadi fondasi kebebasan kami,
Setiap tetes adalah janji,
Setiap penderitaan adalah langkah menuju kemenangan.

Hari itu, pahlawan-pahlawan muncul,
Dengan hati yang teguh dan jiwa yang menyala,
Menantang badai penindasan,
Untuk meraih cahaya yang kini bersinar.
Mereka adalah pahlawan, dan pahlawan yang benar dan sejati adalah Rakyat Timor Leste.

Pengorbanan setiap jiwa,
Adalah kekuatan yang membentuk sejarah kami,
Dan 30 Agustus 1999,
Menandai kemerdekaan dan martabat kami.
Hari ini, kami merayakan keberanianmu,
Dengan rasa syukur dan hormat yang mendalam,
Karena perjuanganmu memungkinkan,
Tanah air kami yang bebas, bersinar dan bersatu.

Dikalung hati dan jiwamu berputar seiring tantangan ke depan,
Namun kami adalah kami,
Jati diri Timor Leste sejati, di atas kaki bumi di belahan dunia,
Terdaftar sebagai suatu negara sejati.

&Final&

Rabu, Agustus 21, 2024

Senyum yang Terlena

 


By: Martins,S(Kursus peridu 11)

Di singgasana kuasa, senyummu manis,
Menghipnotis jiwa, tak lagi berpikir rasional.
Di balik tirai emas, kau menghina masa lalu,
Pendahulu yang pernah berdiri teguh, kini kau cerca dan musuhi.

Kekuasaan di tanganmu, seolah tak tergoyahkan,
Namun, dalam setiap langkahmu, tiada arah, tiada tujuan.
Mereka yang setia, kau sisihkan tanpa alasan,
Mencari bayangan yang kau bentuk dari ego dan kesombongan.

Orang-orang di sekitar, kau angkat tanpa proses,
Mereka menduduki kursi, namun tak tahu apa yang harus dilakukan.
Menghapus sejarah, kau ciptakan dunia baru,
Namun, apakah dunia ini benar-benar milikmu?

Pendahulu kau salahkan, dosa mereka kau besarkan,
Namun, apa yang telah kau hasilkan, selain kehancuran dan keheningan?
Di akhir masa, kau akan melihat,
Bahwa senyum manis itu tak selamanya memberi kebahagiaan.

Arogansi dan ego, hancurkan segala,
Namun, ingatlah, kekuasaan hanyalah bayang-bayang yang fana.
Dan pada akhirnya, kau akan sadar,
Bahwa cinta yang tulus, tidak bisa dibeli dengan senyum yang manis.

Akan tiba waktunya, kekuasaanmu diuji,
Apakah akan tetap jaya di periode berikutnya,
Ataukah akan memudar, tersapu oleh angin perubahan,
Saat mereka yang kau abaikan bangkit dan menuntut kebenaran.

Dalam kesunyian malam, kau akan terjaga,
Bertanya pada diri, apakah semua ini sepadan.
Karena tak ada yang abadi di dunia ini,
Kecuali jejak-jejak yang kita tinggalkan dalam hati.

**Final**

Selasa, Agustus 13, 2024

Bayang Harapan yang Pudar

Tugas Episode 10




Saat mentari fajar menyingsing perlahan,
Kau tinggalkan kampung dengan harapan besar di tangan.
Ayah dan ibu, dengan hati yang rapuh,
Mengantar langkahmu hingga gerbang angkasa, penuh doa yang tak pernah lusuh.

Keluarga adalah akar, tempat dirimu bertumbuh,
Namun, di negeri jauh, kilau dunia mulai menggugah.
Kau temukan jalan baru, namun kehilangan arah,
Rokok, minuman, diskotik, membuatmu lupa akan janji yang kau bawa.

Sombong mulai merasuk, menyelimuti nurani,
Kau lupa bahwa keberhasilan bukan sekadar kilauan di langit pagi.
Harapan keluarga, kini hanya bayang-bayang kelabu,
Mereka menanti, tapi kau terlena dalam pelukan dunia yang semu.

Ingatlah, wahai pemuda yang kini terbuai,
Bahwa emas yang kau kejar, hanyalah debu yang terurai.
Kesuksesan sejati tak diukur dari gemerlap pesta,
Tapi dari cahaya cinta yang kau bawa pulang ke desa.

Lihatlah kembali, jalan yang pernah kau tinggalkan,
Di sana ada jejak cinta, harapan yang tak terbilang.
Keluargamu menunggu, dengan mata yang penuh harap,
Bawalah kembali sinar terang, bukan hanya cangkang yang rapuh dan lelah.

Bersihkan hati, renungkan langkahmu kini,
Apakah semua ini layak, untuk harga diri?
Kembali, wahai pemuda, ke jalan yang benar,
Karena kebahagiaan sejati ada di sana, di kampung yang tak pernah pudar.

By, Martins.S

Cermin Kepemimpinan

Tugas Episode ke-9

By Martins,S

Di puncak kejayaan, kau berdiri sendirian,
Memandang dunia dari menara angkuh, penuh keegoisan.
Namun ingatlah, cermin tak pernah berdusta,
Ia memantulkan kebenaran, bahkan dari yang terlupa.

Mutiara kepemimpinan bukan terletak pada mahkota,
Tapi dalam kebijaksanaan, dan hati yang tak pernah lupa.
Pemimpin yang sejati tak hanya mengejar cahaya,
Tapi menyinari jalan yang dilalui semua jiwa.

Melangkah maju, jangan lupa menoleh ke belakang,
Di sanalah para pendahulu berjuang tanpa pamrih, tak berbelok arah.
Mereka adalah akar dari pohon yang kini kau duduki,
Namun, kau buang mereka, seakan tak pernah berfungsi.

Keberhasilan bukan hanya milik mereka yang berteriak keras,
Tapi bagi yang mendengarkan bisikan lembut, penuh ikhlas.
Jika semua dilupakan, diisolasi dalam diam,
Apa artinya kemenangan, jika tak ada yang mendampingi dalam senyap?

Ingatlah, pemimpin yang lupa dari mana dia berasal,
Akan tenggelam dalam lautan ego yang dalam dan tak kenal tepi.
Namun, pemimpin yang bijak, melihat masa lalu sebagai guru,
Ia akan membangun masa depan dengan fondasi yang jujur dan teguh.

Jadilah cahaya bagi mereka yang terpinggirkan,
Bukan hanya pelita yang menerangi jalan sendiri.
Karena di akhir cerita, bukan kemenangan yang dihitung,
Tapi jejak yang kau tinggalkan, dan hati yang kau sambung.

Rabu, Agustus 07, 2024

Jeritan Sunyi Negeri Kami

 

((Kursus Menulis, Tugas episode ke 8)

Di tanah yang subur dengan harapan,
Kami berjalan di atas jalan setapak berliku,
Namun, langkah kami tertahan oleh batu-batu tajam,
Saat sistem kesehatan terombang-ambing tanpa arah.

Kami tahu negeri ini bisa terjatuh,
Bila dipimpin oleh tangan yang tak berpengalaman,
Kementerian Kesehatan bak kapal tanpa nakhoda,
Berlayar di lautan tanpa kompas yang pasti.

Bagaikan bunga layu di tengah gurun,
Kementerian Kesehatan terkulai lemah,
Tak tahu arah mana yang harus ditempuh,
Membiarkan rakyat terjebak dalam labirin tak berujung.

Lideransa bagaikan matahari senja,
Yang sinarnya mulai redup oleh kabut kekuasaan,
Ingin menggenggam roda kendali dengan erat,
Tanpa tahu arah kemudi yang harus diambil.

Madu kata yang dulu manis terasa,
Kini berubah jadi pahit dalam setiap cawan,
Rakyat berharap pada tangan yang terampil,
Untuk membawa kesehatan kembali bersinar.

Namun, suara kami tertelan angin malam,
Saat kekuasaan lebih penting dari nyawa,
Dan keputusan diambil bukan oleh hati nurani,
Melainkan oleh kepentingan yang membelenggu.

Kami berharap pada cahaya pagi,
Yang akan membangunkan jiwa-jiwa pemimpin,
Agar sadar bahwa tanggung jawab di pundak mereka,
Adalah amanah dari rakyat yang percaya.

Kesehatan rakyat adalah kunci utama,
Pemerintahan yang bijaksana harus mendengarkan,
Bahwa negeri ini butuh tangan yang mengerti,
Untuk menyelamatkan jiwa-jiwa yang bergantung padanya.

Biarkanlah pengetahuan menjadi pedoman,
Dalam setiap langkah dan keputusan,
Agar negeri ini kembali pada jalur yang benar,
Dan rakyat dapat merasakan manisnya harapan.

Oh, pemimpin negeri yang kami cintai,
Sadarlah sebelum semuanya terlambat,
Bersatulah demi masa depan yang lebih baik,
Agar manis dan pahit bisa seimbang di negeri ini.

By Santana Martins

Di Depan dan Belakang