Jumat, Januari 31, 2025

Di Depan dan Belakang

 

By Martins.S.

Hari ini dan esok bagai bayang dan cahaya,
beriringan, tak pernah terpisah jua.
Waktunya aku, kau, dan kita,
bukan sekadar aku dan kami semata.

Saat takhta emas bertengger di tangan,
langkahmu gagah, suaramu bergema di angkasa.
Namun ingat, angin kekuasaan berhembus cepat,
hari ini dijunjung, esok bisa tersingkir sekarat.

Lihatlah cermin di dinding istana,
di sana tersimpan wajah yang terlupa.
Mereka yang dulu engkau remehkan,
akan menjadi saksi saat kau tumbang.

Tak ada ombak yang selamanya pasang,
tak ada bintang yang tak pernah redup.
Jika engkau lupa akar tempat berpijak,
maka angin zaman akan menerbangkanmu jauh.

Bersikaplah seperti padi di sawah,
kian berisi, kian menunduk rendah.
Sebab kekuasaan hanyalah bayangan senja,
berpendar sesaat, lalu sirna tanpa jejak.

 £final£

Perjalanan Sang Perawat


 By: Martins.S
(Cerpen Berkelanjutan)

Lahir dalam keluarga petani dan peternak tradisional, aku tumbuh dalam kesederhanaan. Orang tuaku selalu menanamkan nilai perjuangan dan rendah hati dalam diri kami, bukan kebanggaan akan materi, melainkan keteguhan untuk terus berusaha. Mereka selalu berkata, "Hidup itu seperti menanam padi, semakin berisi semakin merunduk." Sejak kecil, aku bercita-cita menjadi seorang perawat, sebuah impian yang mungkin terdengar terlalu tinggi bagi anak desa sepertiku. Namun, cinta dan semangat untuk belajar telah membakar tekadku tanpa henti.

Masa kecilku penuh tantangan. Setiap hari, aku harus berjalan kaki beberapa kilometer untuk mencapai sekolah. Tidak ada kendaraan umum di desa kami, tetapi itu tidak menghalangi langkahku. Aku selalu datang ke sekolah dengan semangat, meskipun kadang-kadang perut kosong karena keterbatasan ekonomi keluarga. Waktu luangku banyak dihabiskan di perpustakaan desa, tempat yang menjadi jendela duniaku meskipun koleksi bukunya sangat terbatas. "Ilmu adalah pelita di tengah gelapnya kehidupan," begitu kata guru kami, dan aku percaya bahwa ilmu bisa membawaku ke masa depan yang lebih cerah.

Ketika ujian nasional semakin dekat, aku belajar dengan tekun, meskipun akses internet dan sumber daya sangat terbatas. Aku tetap percaya bahwa "usaha tak akan mengkhianati hasil." Dengan doa dan dukungan keluarga, aku berhasil lulus dengan nilai yang memuaskan dan diterima di salah satu perguruan tinggi keperawatan ternama di kota. Itu adalah langkah besar dalam hidupku, ibarat menyeberangi sungai deras untuk mencapai tanah harapan.

Namun, perjalananku sebagai mahasiswa keperawatan tidaklah mudah. Biaya hidup di kota sangat tinggi, dan aku harus bekerja paruh waktu di sela-sela waktu kuliah untuk mencukupi kebutuhan. Kadang, aku harus memilih antara membeli buku atau makan sehari-hari. Tetapi semangatku untuk menjadi perawat tak pernah pudar. Aku terus berjuang, melewati malam-malam panjang dengan belajar di bawah cahaya lampu seadanya, seperti kunang-kunang yang tetap bersinar di kegelapan.

Pada suatu titik, aku hampir menyerah. Tugas yang menumpuk, kelelahan, dan keterbatasan finansial membuatku berpikir untuk pulang dan membantu orang tua di desa. Namun, saat itu, seorang dosen melihat potensiku dan memberiku dorongan semangat. Ia berkata, "Jangan pernah menyerah. Kamu bukan hanya sedang memperjuangkan impianmu sendiri, tetapi juga menjadi harapan bagi banyak orang di masa depan." Kata-kata itu menyalakan kembali semangatku. Aku mulai bekerja lebih giat, mencari beasiswa, dan akhirnya mendapatkan bantuan finansial untuk menyelesaikan studiku.

Akhirnya, setelah bertahun-tahun berjuang, aku lulus dan resmi menjadi seorang perawat. Momen itu adalah hadiah terbesar bagi perjuanganku dan keluarga. Kini, aku bekerja sebagai perawat di rumah sakit daerah, melayani pasien dengan sepenuh hati. Setiap hari, aku melihat berbagai kisah hidup, dan aku merasa terhormat bisa menjadi bagian dari penyembuhan mereka. "Hidup yang berarti adalah hidup yang bermanfaat bagi sesama."

Suatu hari, aku merawat seorang anak kecil yang sakit parah. Ibunya menangis karena mereka tidak memiliki cukup uang untuk berobat. Aku teringat masa kecilku yang penuh perjuangan, dan aku tidak bisa membiarkan mereka merasa putus asa. Aku berbicara dengan pihak rumah sakit untuk mencari solusi, dan akhirnya, kami bisa memberikan perawatan terbaik untuk anak itu. Beberapa minggu kemudian, anak itu sembuh dan tersenyum padaku, mengucapkan terima kasih dengan suara kecilnya yang lembut. Itu adalah momen yang mengingatkanku mengapa aku memilih profesi ini.

Kisah hidupku adalah bukti bahwa dengan tekad dan kerja keras, kita bisa mengatasi segala rintangan dan meraih impian, tak peduli dari mana kita berasal. Aku berharap, kisahku dapat menginspirasi banyak orang untuk tidak menyerah pada keadaan, karena setiap mimpi layak diperjuangkan hingga menjadi kenyataan. "Bagai sebatang bambu, semakin tinggi menjulang, semakin kuat akarnya mencengkeram tanah."

Jumat, Januari 24, 2025

"Kursi Panas"


By Martins.S

Di singgasana megah kau duduk,
ambisi berapi-api, membakar langit senja.
Kilau kemenangan memabukkan,
mengisi relung dengan kesombongan fana.

Namun panas kursi itu menggigit,
membakar bukan hanya musuh,
tetapi jiwamu sendiri yang haus,
mencari makna di balik debu kemenangan.

Hingga tiba suara dari hati,
seperti angin yang membisikkan kebenaran,
"Turunlah dari takhta kesombongan ini,
dan temukan api yang sejati di kerendahan."

Kau berdiri, melepaskan mahkota,
api di matamu kini menjadi terang,
bukan membakar, tetapi menerangi,
bukan menguasai, tetapi menghidupi.

Kursi panas itu kini dingin,
kosong tapi penuh hikmah.
Ambisi bukan lagi bara kesombongan,
melainkan cahaya harapan yang tulus.

Senin, Januari 20, 2025

DIAM DALAM DUKA

By Martins,S.


Diam yang meronta di relung hati,
Berbisik pilu tanpa suara terucap.
Duka menyelimut jiwa yang rapuh,
Melarut dalam bayang kehilangan.

Langit kelabu menggantung sunyi,

Seolah turut merasakan luka ini.
Angin berembus membawa kenangan,
Mengguncang rindu yang tak tertahan.

Air mata tak lagi terhitung jatuhnya,
Menjadi saksi bisu di pelupuk mata.
Namun, dalam diam yang menusuk rasa,
Ada kekuatan yang perlahan terbangun.

Sampai kapan duka ini akan terpendam,
Melihat rakyat negeri ini menderita?
Jerit mereka menggema di udara,
Namun jawabannya tenggelam di senyap.

Duka ini takkan abadi,
Meski ia menggores luka yang dalam.
Sinar harapan kan kembali bersinar,
Menghangatkan jiwa yang kini terdiam.

Biarkan waktu menjadi penawar,
Memeluk hati yang tengah berduka.
Diam ini hanya jeda sesaat,
Sebelum kita kembali melangkah kuat.

FINAL

Selasa, Januari 14, 2025

Mother

 


Mother

From the very first moment in the womb,
You gave me endless love and care.
Because of you, I breathe,
Because of you, I speak,
Walking through a world full of colors.

Your guidance, a shining light,
Leading every small step I take,
Teaching life with boundless love,
Strengthening my heart, firm and secure.

Because of you, I enjoy life,
Looking at the world with hope and dreams.
Even now, each day,
I can see the world,
And help those around me.

Mother, in every breath until the end,
I am proud, I am grateful,
For having a mother so faithful and kind.
Mother, oh mother,
Your presence is the greatest blessing in my life.


Rabu, Januari 08, 2025

RTTL,EP - NOTÍSIA MEIU-DIA 08-01-2025 (LIVE STREAM)

Determinação


By Martins,S.

No coração, a determinação floresce,
Como uma chama que nunca se apaga,
Iluminando o caminho na escuridão da noite,
Afastando dúvidas, buscando sonhos ao alcance.

A determinação é o primeiro passo corajoso,
Enfrentando tempestades, desafiando o dia,
Sem temer, mesmo com obstáculos à frente,
Com convicção, todos os desafios serão superados.

Na determinação, reside a força,
Transformando sonhos em realidade,
Cada passo dado com certeza,
Retrata uma alma que nunca desiste.

Seja a determinação, companheira fiel,
Em cada caminho rumo ao ideal,
Com uma determinação firme, jamais nos perderemos,
Rumo ao topo, conquistando o que foi almejado.
#Fim#

Di Depan dan Belakang